Sunday, May 22, 2016

Bagi yang Ingin Berpolitik

Syaikh Salim Al-Khatib, Rabu kemarin sempat menyinggung masalah politik dan kepemimpinan,
.
Beliau berkata, bahwa sebaiknya, kita menahan diri dari politik hingga datangnya Imam Mahdi Al-Muntazhar, Imam, pemimpin yang dijanjikan,
.
Bukan pasrah dan tidak melakukan apa-apa, namun urusan politik saat ini benar-benar mengkhawatirkan,
.

Intrik dan juga permainan, kadang dihiasi tipuan, yang munafik disanjung sedangkan yang lurus dan jujur akan dikucilkan, tak sedikit yang dipenjarakan,
.
Ini efek politik di dunia, coba efeknya di akhirat kita bayangkan,
.
Ulil Amri atau pemimpin, selain ditanya tentang ibadah pribadi seperti salat puasa zakat dan semacamnya, mereka juga akan ditubruk dengan bermacam-macam pertanyaan,
.
"Sudahkah zakat rakyat kau berdayakan?"
.
"Sudahkah hukum jinayat dan had kau jalankan?"
.
"Sudahkah kau jamin seluruh rakyatmu mendapat tempat berlindung, pakaian dan makanan?"
.
"Sudahkah undang-undang ekonomi daerahmu sesuai dengan standar fikih muamalat dan perdagangan?"
.
Sedangkan kita yang bukan pemimpin, tidak akan ditanya hal-hal demikian,
.
Ulama hanya akan ditanya, "Apakah ilmu agama sudah kau ajarkan?"
.
Karena kewajiban ulama hanya mengajarkan, sedangkan umara (pemimpin) lah yang menjalankan,
.
Jika ulama sudah mengajarkan, sedangkan pemimpinnya ogah-ogahan, yang menanggung dosa ya para pemimpin, karena amanah para ulama sudah dijalankan, amanah pemimpin yang disia-siakan,
.
Lain pemimpin, lain ulama, lain pula orang umum keseluruhan,
.
Jika ulama dituntut untuk mengajarkan, pemimpin dituntut untuk menjalankan, maka orang umum (rakyat) hanya akan ditanya, apakah punya "keinginan"? Dan sudahkah keinginan itu disuarakan?
.
Jika hanya diam, mengapa? Apakah karena nyawa jadi taruhan, ataukah karena nurani sudah kosong dari kepedulian?
.
Lihat, ada tuntutan bertingkat tergantung predikat yang kita sandang. Dan tuntutan terhadap ulil amri (pemimpin) adalah yang paling sulit untuk diwujudkan,
.
Mungkin nanti akan muncul pertanyaan, bolehkah ulama menjalankan kewajiban yang seharusnya ditanggung pemimpin? Atau, bolehkah orang umum mengajarkan apa yang seharusnya diajarkan oleh ulama? TIDAK, itulah satu-satunya jawaban,
.
Karena setiap orang punya bidangnya masing-masing. Dan saat seseorang lancang mengobok-obok sesuatu yang bukan bidangnya, tunggulah kehancuran,
.
Yang bukan pemimpin, jangan merasa jadi pemimpin sehingga seenaknya main hakim sendiri. Merusak ketentraman,
.
Yang bukan ulama, dan yang tidak belajar sesuai dengan metode pendidikan ulama yang diakui, jangan merasa jadi ulama sehingga hanya dengan modal 'tuntunan salat lengkap', sudah berani berfatwa dalam bidang ekonomi dan perdagangan,
.
Yang bukan dokter, jangan coba-coba mengurus orang sakit. Jika si pasien mati di tangan Anda, itu adalah pembunuhan,
.
Yang bukan arsitek, jangan coba-coba membangun gedung setinggi Burj Khalifa. Jika runtuh, penjara jadi taruhan,
.
Setiap orang punya tanggung jawab masing-masing, dan setiap tanggung jawab punya tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dan tanggung jawab pemimpin adalah yang paling sulit, jika tak ingin dikatakan mustahil. Apalagi jika melihat sistem perpolitikan yang saat ini dijalankan,
.
Menjauhlah dari politik dan kepemimpinan, sehingga di akhirat kita tidak akan ditanya tentang hukum Allah yang tidak kita jalankan,
.
Selama kita tidak ikut terlibat dalam politik, maka di akhirat nanti kita tidak akan ditanya macam-macam. Lebih aman,
.
Di akhir nasihat, beliau mengatakan bahwa nasihat ini sangat berat, namun penting untuk disampaikan,
.
Saya sebagai murid, merasa berkewajiban untuk menyebarkan agar kita semua sadar dan paham, mengapa dahulu sahabat sehebat Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu menangis saat beliau dipercaya sebagai Amirul Mukminin, Khalifah umat Islam, pemimpinnya orang-orang beriman,
.
Jika beliau saja menangis, lalu siapa kita sehingga dengan penuh nafsu mengejar jabatan?
.
Semoga kita sadar tentang posisi dan tanggung jawab yang kita emban,
.
Semoga dengan maksimal bisa kita jalankan sehingga di akhirat nanti tidak memberatkan,
.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)

No comments:

Post a Comment