Latar belakang keluarga seseorang terkadang bisa kita lihat dari adabnya yang sudah jadi kebiasaan,
Contoh, jika seseorang sangat tidak peduli terhadap kebersihan,
Bungkus permen, makanan ringan, remah makanan, tisu serta sampah kecil lain yang ia gunakan, dimana-mana berceceran,
Boleh jadi ia anak manja, berasal dari keluarga kaya, sehingga segala keperluan, kebersihan serta kerapiannya sudah diurus oleh pelayan,
Boleh jadi, malah ia jadikan ibunya bagai babu, sedangkan ia bagai raja yang harus dimanjakan,
Atau jangan-jangan, orang tuanya pun kotor, sehingga kotor bagi keluarganya sudah jadi keseharian?
Contoh lain, jika seseorang mengeluarkan suara yang buruk saat mengunyah makanan, atau sendok yang ia gunakan terlalu ribut seperti orang sedang perang, bisa ditarik kesimpulan, bahwa ia berasal dari keluarga yang kurang perhatian,
Berarti, orang tuanya tidak mengajarinya adab dan etika saat makan,
Atau bisa jadi, keluarganya tidak pernah makan bersama di satu meja, di satu waktu, sehingga orang tuanya tidak tahu bahwa adab anaknya saat makan sangat memprihatinkan,
Kesimpulan paling parah, boleh jadi orang tuanya juga tidak beradab saat makan, sehingga bagaimana mungkin anaknya akan diberikan pendidikan?
Karena adab makan itu ada, makan itu bukan sekedar isi perut, asal kenyang, bukan,
Karena adab adalah satu di antara banyak hal yang membuat manusia menjadi manusia, makhluk terbaik yang Allah ciptakan,
Bahwa hal kecil yang kita lakukan, mungkin merupakan hal besar bagi orang lain. Siapa tahu gara-gara kebiasaan buruk kecil yang kita lakukan tersebut, lamaran kita ditolak oleh calon mertua. Seram bukan? :v
Makanya, jadikanlah hal-hal baik menjadi kebiasaan sedari kecil, karena saat dewasa, kebiasaan buruk saat kecil itu akan sulit untuk dihilangkan, (saya jamin!)
Bukankah pepatah Minang juga katakan, "Ketek taraja-raja, gadang tabao-bao, tuo tarubah tido", yang maknanya, saat kecil, terbiasa. Saat besar, kebiasaan kecil tadi masih terbawa. Saat sudah tua, kebiasaan itu tidak bisa lagi diubah. Permanen, boleh dikatakan,
Semoga segala kebiasaan buruk yang kita punya bisa kita singkirkan,
Semoga segala kebiasaan baik kita bisa dipertahankan,
Bagi yang sudah punya anak ataupun kemenakan, sedari kecil, kepada mereka kebiasaan baik hendaknya diajarkan,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)
Contoh, jika seseorang sangat tidak peduli terhadap kebersihan,
Bungkus permen, makanan ringan, remah makanan, tisu serta sampah kecil lain yang ia gunakan, dimana-mana berceceran,
Boleh jadi ia anak manja, berasal dari keluarga kaya, sehingga segala keperluan, kebersihan serta kerapiannya sudah diurus oleh pelayan,
Boleh jadi, malah ia jadikan ibunya bagai babu, sedangkan ia bagai raja yang harus dimanjakan,
Atau jangan-jangan, orang tuanya pun kotor, sehingga kotor bagi keluarganya sudah jadi keseharian?
Contoh lain, jika seseorang mengeluarkan suara yang buruk saat mengunyah makanan, atau sendok yang ia gunakan terlalu ribut seperti orang sedang perang, bisa ditarik kesimpulan, bahwa ia berasal dari keluarga yang kurang perhatian,
Berarti, orang tuanya tidak mengajarinya adab dan etika saat makan,
Atau bisa jadi, keluarganya tidak pernah makan bersama di satu meja, di satu waktu, sehingga orang tuanya tidak tahu bahwa adab anaknya saat makan sangat memprihatinkan,
Kesimpulan paling parah, boleh jadi orang tuanya juga tidak beradab saat makan, sehingga bagaimana mungkin anaknya akan diberikan pendidikan?
Karena adab makan itu ada, makan itu bukan sekedar isi perut, asal kenyang, bukan,
Karena adab adalah satu di antara banyak hal yang membuat manusia menjadi manusia, makhluk terbaik yang Allah ciptakan,
Bahwa hal kecil yang kita lakukan, mungkin merupakan hal besar bagi orang lain. Siapa tahu gara-gara kebiasaan buruk kecil yang kita lakukan tersebut, lamaran kita ditolak oleh calon mertua. Seram bukan? :v
Makanya, jadikanlah hal-hal baik menjadi kebiasaan sedari kecil, karena saat dewasa, kebiasaan buruk saat kecil itu akan sulit untuk dihilangkan, (saya jamin!)
Bukankah pepatah Minang juga katakan, "Ketek taraja-raja, gadang tabao-bao, tuo tarubah tido", yang maknanya, saat kecil, terbiasa. Saat besar, kebiasaan kecil tadi masih terbawa. Saat sudah tua, kebiasaan itu tidak bisa lagi diubah. Permanen, boleh dikatakan,
Semoga segala kebiasaan buruk yang kita punya bisa kita singkirkan,
Semoga segala kebiasaan baik kita bisa dipertahankan,
Bagi yang sudah punya anak ataupun kemenakan, sedari kecil, kepada mereka kebiasaan baik hendaknya diajarkan,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. (^_^)
No comments:
Post a Comment