Kesalahan umum yang sering kita lakukan adalah memosisikan organisasi masyarakat (ormas) sebagai layaknya agama,
Contohnya,
1. Kita anggap pembesar organisasi tempat kita bernaung layaknya seorang nabi yang tidak boleh disalahkan. Padahal, meskipun ia pembesar, ia tetap manusia, yang bisa jadi salah, bisa jadi lupa.
2. Kita anggap bahwa identitas sebagai anggota ormas itu diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Padahal, meskipun orang tuanya adalah anggota ormas A, boleh jadi anaknya tergabung dalam ormas B. Tidak ada siapapun yang berhak menghalanginya.
Contohnya,
1. Kita anggap pembesar organisasi tempat kita bernaung layaknya seorang nabi yang tidak boleh disalahkan. Padahal, meskipun ia pembesar, ia tetap manusia, yang bisa jadi salah, bisa jadi lupa.
2. Kita anggap bahwa identitas sebagai anggota ormas itu diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Padahal, meskipun orang tuanya adalah anggota ormas A, boleh jadi anaknya tergabung dalam ormas B. Tidak ada siapapun yang berhak menghalanginya.
3. Kita haramkan pernikahan antar ormas, hanya karena sedikit perbedaan pemikiran. Ini yang paling marak terjadi. Seolah orang dari luar ormas kita dihukumi sama dengan orang yang berbeda agama.
4. Ini yang paling ekstrem, kita anggap setiap orang harus memiliki ormas tempat ia bernaung. Tanpa ormas, ia bagaikan atheis yang tidak percaya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
Saya hanya katakan, bahwa organisasi tetaplah organisasi, ia tak akan sampai pada derajat agama,
Ia tak punya nabi, tak punya kitab suci, pun tak pernah menjamin anggotanya menjadi ahli surga,
Jadi jangan serta-merta kita posisikan ia sebagai agama, kita anggap pembesarnya sebagai nabi yang terjaga, kita anggap kafir orang yang berbeda,
Tanpa ormaspun, Islam akan tetap berjaya,
Bahkan, jika ormas-ormas yang ada hanya memperkeruh suasana, membuat sekat-sekat antara kita yang berakidah sama, maka akan lebih baik jika ormas itu dibubarkan saja,
Saya pribadi, terlahir dari keluarga tanpa ormas, namun kami aman-aman saja,
Saat pemilu, kami bebas memilih tokoh berdasarkan kredibilitas, bukan berdasarkan partainya, bukan berdasarkan ormasnya,
Setelah shalat, ada yang berzikir dengan suara keras, ada yang hanya dalam hati, tidak ada yang meributkannya,
Saat tarawih, ada yang 23 rakaat, ada yang 11 rakaat, semua tetap bahagia,
Dan saya akan tetap bertahan untuk tidak terikat di organisasi masyarakat ataupun organisasi politik manapun, jika itu hanya akan membuat sebagian golongan sulit untuk menerima saya,
Tidak terikat dengan satupun, namun berteman dengan siapa saja,
Itu lebih baik bagi saya,
Mohon maaf jika ada yang tersinggung, maaf jika ada kata-kata saya yang tidak pada tempatnya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
No comments:
Post a Comment