Pengaruh tipe-tipe kepemimpinan
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas kelompok pada Mata Kuliah teori administrasi negara
Disusun Oleh:
1. dewi rahmawati
2. indi pitriyani
3. sea agustin
4. riska agustiani
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Administrasi sebagai ilmu pengetahuan (science) baru berkembang sejak lahir abad yang lalu (abad XIX), tetapi adminitrasi sebagai suatu seni (art) atau administrasi dalam praktek, timbul bersamaan dengan timbuknya peradaban manusia.
Sebagai ilmu pengetahuan administrasi merupakan suatu fenomena masyarakat yang baru, karena timbul sebagai suatu cabang daripada ilmu-ilmu sosial, termasuk perkembangannya di Inonesia, dengan membawa prinsip-prinsip yang universal, akan tetapi dalam prakteknya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempunyaipengaruh (impact) terhadap perkembangan ilmu administrasi sebagai suatu disiplin ilmiah yang berdiri sendiri.
Akan tetapi bukan berarti dalam praktek pelaksanaannya tidak mengalami hambatan, permasalahan, baik itu yang disebabkan karena pelaksananya (orang) ataupun pendukung adminitrasi lainnya seperti perlengkapan teknologi administrasi yang terdapat pada organisasi pelaksana adminitrasi tersebut dengan tujuan agar pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan lebih efektif.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan administrasi dalam suatu organisasi yaitu adanya pengaruh sifat pemimpin yang dimana pada dasarnya pemimpin merupakan pecut atau penggerak anggota-anggota organisasi yang segala sifat dan tindakan yang dilakukan akan ditiru oleh bawahannya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap kinerja anggota-anggota dalam pencapaiannya terhadap tujuan daripada organisasi tersebut.
1.2 rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kami menyebutkan rumusan masalahny adalah sebagai berikut :
a) Pengertian pemimpin,kepemimpinan, organisasi
b) Tipe-tipe kepemimpinan yang dapat mempengaruhi organisasi
1.3 tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori administrasi negara
b. Mengetahui tentang peranan pemimpin dalam organisasi
c. Mengetahui tipe-tipe pemimpin yang terdapat dalam organisasi dan pengaruhnya bagi organisasi .
1.4 metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi, atau cara serupa yaitu melalui pendekatan prosesual untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan konstitusi. Teknik pengumpulan data yaitu melalui pencarian dari berbagai sumber yang tersedia di media cetak seperti buku dan media elektronik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dan peran kepemimpinan
Untuk memahami arti kepemimpinan maka berikut ini adalah beberapa pengertian kepemimpinan :
1. Proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
2. Suatu seni kesanggapan atau teknik untuk membuat sekelompok orang mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya dan membuat mereka antusias mengikutinya.
3. Sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk pencapaian sasaran. (rauch & behling, 1984:46).
2.2 Ciri-ciri pemimpin yang berprinsip :
1. Selalu belajar
Pemimpin selalu mengikuti pelatihan baru dan mengembangkan keterampilan baru.
2. Berorientasi pada pelayanan
Pemimpin tidak hanya dilayani tapi mampu melayani berbagai pihak.
3. Memancarkan energi positif
Pemimpin harus mampu, sanggap bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu serta kondisi yang tidak menentu.
4. Mempercayai orang lain
Mampu memberi kepercayaan pada orang lain termasuk bawahannya, sehingga termotivasi untuk lebih baik.
5. Hidup seimbang
Mampu membuat keseimbangan antara tugas dan berorientasi pada kemanusiaan serta keseimbangan antara pekerjaan dan kemampuan untuk berolah raga, istirahat dan refreshing.
6. Melihat hidup sebagai petualangan
Mampu mnikmati hidup dengan segala konsekuensinya, karena hidup adalah petualangan. Mereka memiliki rasa nyaman yang datang dari dalam diri sendiri.
7. Sinergistik
Selalu memperbaiki kelemahan diri dengan kekuatan orang lain. Sinergis adalah bekerja sama saling menguntungkan.
8. Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu berprestasi tinggi (stephen R.Covey, 1997:29-37).
2.3 PERANAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan memegang peranan yang sang penting dalam managemen. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepemimpinan adalah inti dari pada managemen. (Leadership is the key to management / administration.)
Brown menyatakan bahwa kepemimpinan hanyalah mempunyai arti apabila kita menempatkan ( mengkhususkan ) artian itu untuk maksud dan dalam situasi apakah yang dapat diharapkan dari kepemimpinannya itu. Artinya dalam suatu situasi dan dalam suatu masyarakat apakah yang dapat diharapkan dari pemimpin itu ( The word make sense only when we specify to what end and in what circumstance the leader will be expected to act.)
Jadi baik langsung maupun tidak langsung pemimpin itu tidak dipilih dari kelompok masyarakat itu sendiri, apakah kelompok masyarakat itu Negara, apakah kelompok masyarakat itu niaga / industry, apakah kelompok masyarakat itu partai politik, apakah kelompok masyarakat itu pegawai negeri / militer. Yang jelas bahwa masyarakat yang sehat akan memilih pemimpin yang tidak sehat dan masyarakat yang tidak sehat dengan sendirinya akan memilih pemimpin yang tidak sehat ( a sick group will selct a sick leader). Pemimpin adalah orang yang menggambarkan kehendak yang sesungguhnya dari kelompok ( Leader is a man who most closely reflect the feeling of the group).
2.4 Pendapat-pendapat tentang Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Menurut Stoner (Handoko:1984) adalah sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Kepemimpinan tidak lagi dipandang sebagai penunjuk jalan namun sebagai partner yang bersama-sama dengan anggota lain berusaha mencapai tujuan.
b. Menurut Kennedy,(1996) menyatakan bahwa jumlah definisi tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah berusaha mendefinisikannya. Ia sendiri mengartikan kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fiedler (1967) adalah salah satu ahli lain yang banyak meneliti mengenai kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Dari dua definisi yang telah diajukan tersebut secara jelas menunjukkan bagaimana kepemimpinan tersebut diartikan, yaitu berkaitan usaha mempengaruhi dan menggunakan wewenang. Pengertian tersebut memberi suatu pemikiran bahwa pemimpin dipandang sebagai orang yang memiliki kecakapan lebih dalam usaha untuk memotivasi orang melakukan sesuatu seperti yang diharapkan pemimpin.
Penelitian mengenai kepemimpinan telah dimulai pada periode permulaan perang dunia II. Sekalipun demikian masih terdapat pendapat yang berbeda-beda karena masing-masing berpangkal pada ajaran yang berbeda.
Pendapat-pendapat tentang kepemimpinan dapat disimpulkan menjadi tiga teori yang penting :
1. Teori keturunan ( hereditary theory )
2. Teori kejiwaan ( psychological theory )
3. Teori lingkungan ( situational theory )
1. Teori Keturunan.
Teori ini berpangkal pada suatu ajaran bahwa bakat Kepimimpinan itu telah ada sejak ia dilahirkan. Sebagaimana pendapat yang mengatakan bahwa “Kepemimpinan adalah tidak dapat dibentuk, tetapi karena dilahirkan “, (Leaders are born and not made). Ajaran ini berpendapat bahwa orang yang dilahirkan menjadi pemimpin ini telah mempunyai bakat yang terdapat pada pribadinya, mentalnya, bahkan fisiknya. Dalam keadaan ini ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, dan kelak keturunannya akan timbul pula sebagai pemimpin.
2. Teori kejiwaan.
Teori ini berpangkal tolak dari suatu ajaran bahwa bakat kepemimpinan seseoraqng itu dapat dibentuk sesuai dengan jiwa seseorang. Oleh karena itu ajaran ini tidak sependapat dengan teori keturunan yang berpendapat bakat kepemimpinan itu diperoleh karena dilahirkan. Adapun pokok ajaran ini bependapat bahwa kepemimpinan dapat dibentuk, bukan karena dilahirkan (leaders are made and not born). Berdasarkan atas teori kewajiban ini seseorang dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori lingkungan
Teori lingkungan ini dipelajari karena pada umunya mereka tidak puas dengan kedua teori tersebut diatas. Ajaran dari teori lingkungan ini berpangkal pada suatu pendapat bahwa pemimpin adalah hasil daripada lingkungannya. Sejumlah dari hasil penelitian telah menyimpulkan bahwa suatu premis bahwa kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh suatu lingkungan, dimana pemimpin itu timbul karena ia melakukan kegiatan dalam lingkungannya itu. Misalnya pada zaman perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, timbul pemimpin bangsa Indonesia, yaitu : Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Jendral Soedirman timbul sebagai pemimpin prajurit TNI, dan sebagainya.
Timbulnya kepemimpinan itu disebabkan, karena pada dirinya terdapat bakat-bakat kepemimpinan, disamping itu pendidikan dan pengalamannya selama bertahun-tahun memimpin kelompok oerjuangan kemerdekaan. Demikian juga dalam tahun 1965 dimana bangsa Indonesia sedang berjuang mempertahankan Pancasila, timbul pemimpin baru yaitu Jenderal Soeharto. Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa teori lingkungan ini merupakan sintese dari ajaran teori keturunan, yang menitikberatkan pada bakat kepemimpinan dari ajaran teori kejiwaan, dimana seseorang dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang memadai.
2.5 Beda dan arti Kepemimpinan
Setelah mempelajari pendapat-pendapat ajaran tersebut diatas, maka Kepemimpinan itu dapat dibedakan:
1. Pemimpin berdasarkan atas keturunan
2. Pemimpin berdasarkan atas pemilhan
3. Pemimpin berdasarkan atas penunjukan
1. Pemimpinan berdasarkan atas keturunan
Dalam zaman modern sekarang ini, masih terdapat masyarakat yang mengakui adanya Pemimpin yang diperoleh karena keturunan / warisan orang tuanya. Pemimpin ini bersifat turun temurun.
Pada mulanya pemimpin yang demikian ini merupakan penghargaan atas jasa-jasanya karena telah berhasil atas kepemimpinannya. Sebagai penghargaan atas diri dan keluarganya maka telah diakui oleh masyarakatnya bahwa keturunannyapun menjadi Pemimpin mereka. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara kerajaan baik pada negara-negara yang telah moderen maupun belum, dan pada masyarakat primitif dengan sebutan Kepala suku atau Kepala adat.Pada negara-negara kerajaan ini rakyat patuh dan tunduk atas perintah-perintahnya.
2. Pemimpin berdasarkan pemilihan
Dalam masyarakat demokrasi, pemimpin adalah dipilih dari kelompok masyarakat itu sendiri. Pemimpin itu mendapat kepercayaan dari para pengikutnya ( followers), bahwa ia akan bekerja demi kepentingannya, pemimpin itu dapat diganti dan dipilih pemimpin penggantinya yang lain.
3. Pemimpin atas dasar penunjukkan
Pemimpin atas dasar penunjukkan ialah karena ia ditunjuk untuk memimpin suatu kelompok kegiatan tertentu oleh pejabat yang mempunyai kewenangan yang lebih tinggi, berdasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang mempunyai kekuatan juridis formal. Pejabat yang ditunjuk berdasarkan atas kewenangan tersebut yang disebut kepala. Kepala ini dibantu oleh sekelompok orang yang disebut Bawahan.
4. Definisi kepemimpinan
Pendapat pertama, menyatakan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu seni. Untuk itu John Piffner memberikan definisi sebagai berikut :
“ Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and group to achieve the desire end “
( Kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasi dan memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diingankan ).
Pendapat kedua, menyatakan bahwa Kepemimpinan itu sebagai suatu proses. Untuk itu Dalton Mc. Farland memberikan definisi sebagai berikut :
“ Leadership as the process by which an executive imaginatively direct, guides, or influences the work of the others, in choosing and attaining particular ends”
( Kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah / pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.6 Fungsi dan kecakapan kepemimpinan
Terdapat beberapa pendapat dimana yang satu dsengan yang lain berlainan mengenai fungsi kepemimpinan. Masing-masing mempunyai argumentasi untuk memberikan pendapatnya sendiri. Berdasarkan atas beberapa pendapat tersebut, Prof. Katz membuat sintese dari berbagai fungsi dan kecakapan kepemimpinan sebagai berikut : Kecakapanj yang pokok daripada kepemimpinan administratif dapat dibedakan kedalam tiga bagian, yaitu : konsepsional, kemanusiaan, dan teknis.
· Kecakapan konsepsional ( conceptional skill )
Kecakapan konsepsional ialah kemampuan mengetahui kebijaksanaan organisasi secara keseluruhan. Sekalipun adanya fungsi yang berdiri sendiri tetapi kenyataan bahwa perubahan pada setiap bagian akan mempengaruhi terhadap keseluruhan. Hal ini dapat digambarkan bahwa hubungan itu menyangkut program-program dibdang politik, sosial ( masyarakat ), ekonomi ( industri ) seluruh bangsa. Kecakapan konsepsional ini akan bertambah penting terutama pada pimpinan tingkat atas ( top management level ).
· Kecakapan kemanusiaan ( Human skill )
Kecakapan kemanusiaan ini ialah kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membangun suatu usaha koordinasi didalam suatu tim, dimana ia bertindak sebagai pemimpin.
· Kecakapan teknis (technical skill )
Kecakapan teknis ini penting bagi pimpinan tingkat menengah ( Middle management level ) dan pimpinan tingkat bawah ( Supervisory or lower management level ) dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan sangat dekat.
Dalam kecakapan ini termasuk kegiatan-kegiatan menggunakan metode, proses. Prosedur dan tekhnik yang pada umunya perhubungan dengan alat-alat bukan orang.
Kecakapan teknis ini penting pada pimpinan tingkat bawah, dan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali pada pimpinan tingkat atas.
Sesuai dengan pendapat-pendapat tersebut maka Fungsi dan kecakapan kepemimpinan dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui bidang tugasnya
2. Peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungannya
3. Melakukan hubungan kerja / komunikasi dengan baik kedalam maupun keluar
4. Mampu melakukan Koordinasi
5. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat
6. Mampu mengadakan hubungan masyarakat
· Mengetahui bidang dan tugasnya.
Sesuai dengan tingkatannya, pemimpin harus mengetahui bidang tugasnya masing-masing. Misalnya : Pemimpin tingkat atas harus mengetahui kebijaksanaan yang telah digariskan dalam pencapaian tujuan organisasi ( conceptual skill ). Sedangkan dalam pimpinan tingkat bawah yang diperlukan ialah teknik pelaksanaan pekerjaan ( technical skill ).
· Peka dan tanggap terhadap keadaan lingkungannya
Pemimpin harus peka dan tanggap terhadap situasi, kondisi setempat. Misalnya : keadaan pegawainya, peralatan kerja, prasarana kerja, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat, serta masalah-masalah yang dihadapinya.
· Melakukan hubungan antar manusia yang baik
Sebagaimana diketahui bahwa unsur manusia adalah yang menentukan berhasilnya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu dibina hubungan antar manusia yang sebaik-baiknya, sehingga merupakan suatu tim yang dapat bekerja sama dengan penuh kesadaran diantara mereka, tanpa suatu paksaan apapun.
· Mampu mengadakan hubungan kerja ( komunikasi ) dengan baik kedalam maupun keluar.
Oleh setiap pekerjaan tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri tanpa kerjasama dengan orang-orang atau unit-unit yang lain, maka diperlukan hubungan kerja, baik didalam organisasinya maupun diuar organisasinya. Ha ini diperlukan kemampuan Pimpinan untuk mengadakan baik yang bersifat inter disipliner, multifungsi maupun yang bersifat lintas sektoral.
· Mampu melakukan Koordinasi.
Didalam suatu organisasi yang komplek, dimana banyak terdapat pengkhususan dari berbagai kegiatan pekerjaan, maka diperlukan pimpinan untuk mengkoordinasi berbagai kegiatan itu agar tercapai adanya kesatuan usaha / tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
· Mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat
Segala macam masalah yang dihadapi oleh organisasi perlu diselesaikan secara cepat dan tepat. Bila tak ada keputusan berarti akan menghambat pelaksanaan pekerjaan organisasi itu. Oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat, agar tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan organisasi.
· Mampu mengadakan hubungan masyarakat ( public relation )
Pemimpin harus mampu memberikan informasi dan meyakinkan masyarakat diluar organisasinya. Informasi ini perlu diberikan kepada para langganan ( client ) atau kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar tugas pekerjaannya mendapat bantuan atau dukungan dari masayarakat tersebut.
2.7 Kewenangan dan kepemimpinan ( Authority and leadership )
Mary Parker Follet mengatakan bahwa kewenangan dari pimpinan dapat hilang apabia ia ( pimpinan ) tidak mendapat persesuaian dengan para bawahannya. Oleh karena itu Mary P. Follet menganjurkan bahwa suatu kerja sama ( team work ) antara pimpinan dan bawahan adalah mutlak. Kepemimpinan dan kewenangan bukan merupakan pengertian yang tunggal ( single ) tetapi jamak ( plural ), karena menyangkut banyak orang yang bekerja dalam organisasi itu. Kewenangan ( authority ) menurut Miss M.P.Follet bukan kedudukan ( position ), bukan suatu hak yang legal ( menurut hukum ) dan juga bukan sekedar menggapai orang-orang ataupun mengeluarkan perintah. Kewenangan ( authority ) adalah usaha untuk mempengaruhi bawahan yang merupakan suatu integritas atas dasar konsensus secara suka rela. Apabila bawahan diberikan pengertian dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan diajak berbicara bersama dalam suatu situasi yang baik, tidak perlu perintah selalu diberikan, tetapi dengan memberikan suatu prosedur kerja yang baik adalah lebih efektif daripada selalu mengeluarkan perintah. Atas dasar teorinya ini Miss P. Follet tidak hanya meletakan asas-asas hubungan antar manusia ( human relation ) dalam administrasi / management, tetapi juga dari dinamika daripada kelompok pekerjaan dan teknik daripada hubungan dan perhubungan yang modern.
Chester Barnard, mengatakan bahwa kewenangan terletak pada persetujuan yang mempunyai daya kekuatan ( potentiality of assent ) yaitu yang tersebar luas berujud kesetiaan, kesadaran anggota tentang tujuan bersama daripada organisasi itu. Maksudnya ialah kesetiaan dan kesadaran melaksanakan tujuan daripada suatu program, sekalipun mempunyai kewenangan yang nyata atau ( actual power ) untuk mengambil keputusan yang terakhir dalam batasan wewenangnya. Jadi jelaslah seperti hanya Miss Follet yang menyatakan bahwa kewenangan atau ( authority ) ada pada pekrjaan dan berada pada pekerjaan itu atau ( authority belongs to the job and stand out the job ).
Kesimpulan daripada teori-teori tersebut ialah bahwa pemimpin harus dapat membina kerjasama yang sebaik-baiknya, menyelenggarakan hubungan yang bersifat tidak resmi diantara anggota, menyelenggarakan prosedur kerja, pembagian kerja dan pendelegasian wewenanng dengan tanggung jawab yang sebaik-baiknya atau ( division of work, delegation of authority with responsibility )
Kepemimpinan dalam management
Kepemimpinan administratif dan kepemimpinan management ( Administrative and managerial leadership )
Pemimpin tidak sinonim dengan kemampuan administratief, sebagai pimpinan administratief ia mempunyai kemampuan sebagai administrator dalam arti dapat menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya secara rasiona, tetapi sebagai pemimpin mungkin kekurangan dalam bakat-bakatnya didalam mkenciptakan idea-idea baru, lagi pula mungkin oleh bawahannya mungkin tidak begitu disukai. Kepemimpinan pada umumnya mempunyai kemampuan / bakat untuk mempersatukan orang-orang didalam organisasi itu, mempunyai daya kreasi, mempunyai penemuan-penemuan baru ( inovasi ).
Sekalipun pemimpin itu tidak sinonim dengan kemampuan administratif, tapi diharapkan jiwa kepemimpinannya dapat berada dalam bidang administratif untuk mensukseskan tercapainya tujuan. Oleh karena itu kepemimpinan administratif ( administrative leadership ), diharapkan sebagai pemimpin yang mempunyai kemampuan / bakat untuk mensukseskan tercapainya tujuan dengan inisiatif atau kreasi-kreasi baru dan penemuan barunya seperti halnya pemimpin pada umunya.
Disamping itu masih terdapat apa yang dinamakan Kepemimpinan management ( managerial leadership ) yaitu pemimpin / manager yang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tercapainya tujuan dalam arti pelaksanaan yang bersifat teknis operasional.
Kepemimpinan birokrasi ( Bureaucratic leadership ).
Max Weber mengembangkan kepemimpinan organisasi dalam bidang pemerintahan yang dinamakan Birokrasi ( Bureaucracy ). Bentuk ini sebenernya tidak hanya terdapat dalam pemerintahan saja, tetapi juga dalam organisasi niaga ( business ). Dalam bidang pemerintahan, kepemimpinan itu dinamakan Kepemimpinan Birokrasi ( Bureaucratic leadership ).
Biasanya bila orang mendengar istilah “ birokrasi “ lalu ingatannya menggambarkan terhadap hal-hal yang jelek, karena dianggap menghambat / penghalang. Sedangkan sebenarnya birokrasi adalah suatu usaha untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar dianut dan dipatuhi oleh masyarakat sebagai usaha untuk mengatur ketertiban dalam bidang administrasi pemerintahan.
Kepemimpinan birokrasi diartikan sebagai kepemimpinan yang tunduk dan taat terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan.
Kepemimpinan organisasi dan kepemimpinan pribadi ( Organizational and personal leadership ).
Kewenangan selalu ada dalam suatu organisasi maupun dalam pribadi orangnya. Yang dimaksud dengan kepemimpinan Organisasi adalah manifestasi daripada jabatan yang dibentuk dalam suatu organisasi. Sedangkan dalam kepemimpinan pribadi ( personal leadership ) adalah sifat khusus daripada orang yang menduduki jabatan didalam organisasi itu.
Seperti halnya kepemimpinan organisasi dapat disamakan dengan kepemimpinan yang bersifat formal, sedangkan kepemimpinan pribadi dapat disamakan dengan kepemimpinan yang bersifat informal.
Kepemimpinan yang formal dan yang tidak formal ( Formal and informal leadership ).
Kepemimpinan yang formal dimaksudkan orang yang ditunjuk dalam suatu jabatan organisasi formal, dengan sistem hierarkhi termasuk dengan tugas, susunan dan wewenangnya yang telah ditentukan. Oleh karena ia menduduki jabatan tertentu dengan wewenangnya tertentu, maka ia melakukan pelimpahan wewenang ( delegation of authority ) dalam organisasi itu. Disamping itu ia dapat memberikan perintah, membuat keputusan, menetukan kebijaksanaan, menetapkan hubungan, dan sebgainya yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan daripada orang-orang yang terdapat dalam organisasi itu
A. Syarat-syarat,sifat-sifat,asas-asas,dan prinsip-prinsip kepemimpinan.
Dibawah ini akan dikemukakan syarat-syarat,sifat-sifat,asas-asas,dan prinsip-prinsip kepemimpinan yang mungkin dapat diterapkan pada bidang kepemimpinan negeri sipil,perusahaan negara, atau kepemimpinan pada bidang-bidang lainnya.
1. Syarat-syarat yang minimal harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
· Watak yang baik (karakter , budi, moral)
· Intelegensia yang tinggi
· Kesiapan lahir dan batin
2. Syarat-syarat lainnya yang diperlukan
· Sadar akan tanggung jawab
· Memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol
· Mengenal anak buahnya, memahami sepenuhnya akan sifat dan tingkah laku masing-masing dalam segala macam keadaan, suasana dan pengaruh
· Paham akan cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai kepemimpinannya.
2.8 Sifat-sifat Kepemimpinan meliputi antara lain:
1. Jujur
2. Berpengetahuan
3. Berani ( fisik dan moral )
4. Mampu mengambil keputusan
5. Dapat dipercaya
6. Berinisiatif
7. Bijaksana
8. Tegas
9. Adil
10. Menjadi tauladan
11. Tahan uji (ulet)
12. Loyalitas
13. Tidak mementingkan diri sendri
14. Antusias
15. Simpatik dan
16. Rendah hati
2.9 Asas –asas Kepemimpinan
a. TAQWA : Ialah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
b. ING NGARSA SUNG TULADA : ialah memberi suri tauladan dihadapan anak buah.
c. ING MADYA MANGUN KARSA : Ialah ikut bergiat serta mengubah semangat ditengah-tengah anak buah.
d. TUT WURI HANDAYANI: ialah mempengaruhi dan memberikan dorongan dari belakang kepada anak buah.
e. WASPADA PURBA WASESA: ialah selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah
f. AMBEK PARAMA ARTA : ialah dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan
g. PRASAJA : ialah tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
h. SATYA: ialah sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan, bawahan terhadap atasan dan kesamping.
i. GEMI NASTITI : ialah kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
j. BELAKA : ialah kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabakan
k. LEGAWA: ialah kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk generasi-generasi berikutnya.
2.10 Prinsip-prinsip Kepemimpinan
1. Mahir dalam soal-soal teknis dan taktis
2. Ketahui diri sendiri, cari dan usahakan selalu perbaikan-perbaikan
3. Yakinkan diri, bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan dijalankan
4. Ketahui anggota-anggota bawahan dan juga pelihara kesejahteraan mereka.
5. Usahakan dan pelihara selalu, agar anggota mendapatkan keterangan –keterangan yang diperukan
6. Berilah tauladan dan contoh yang baik
7. Tumbuhkan rasa tanggung jawab dikalangan para anggota
8. Atih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak
9. Buat keputusan-keputusan yang sehat dan pada waktunya
10. Berilah tugas dan pekerjaan pimpinan ( komando ) sesuai dengan kemampuannya.
11. Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan
Prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut, seperti halnya asa-asas kepemimpinan, merupakan petunjuk-petunjuk yang harus dipedomi oleh seorang pemimpin didalam melaksanakan operasional kepemimpinannya. Oleh karena itu memahami dan memperaktekan prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut merupakan suatu keharusan. Namun demikian hasil kepemimpinan seseorang tidaklah semata-mata tergantung kepada kemahiran menggunakan asas-asas dan prinsip-prinsip kepemimpinan saja, melainkan masih banyak faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi. Maka yang perlu diperhatikan adalah penilaian keadaan yang tepat, sehingga dapat menentukan tindakan kepemimpinan yang tepat terhadap situasi dan kondisi yang tepat pula.
Prinsip-prinsip kepemimpinan sebagaimana disebutkan diatas berlaku dan dapat diterapkan terhadinyap setiap tingkatan pimpinan ataupun kesatuan/organisasi. Dengan sendiirinya memperkatekannya, tingkat pimpinan maupun besarnya kesatuan yang dipimpinnya itu merupakan salah satu faktor pula yang perlu diperhatikan.
2.11 Tipe-tipe Kepemimpinan
Dr. Sondnag P. Siagian menguraikan tipe-tipe pemimpin sesuai dengan pimpinan dalam berbagai bentuk organisasi, menggolongkan tipe itu dalam lima golongan, yaitu :
1. Tipe pemimpin yang otokratis
2. Tipe pemimpin yang militeristis
3. Tipe pemimpin yang paternalistis
4. Tipe pemimpin yang karismatis dan
5. Tipe pemimpin yang demokratis.
Tipe otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang:
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasii
c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
e. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnnya
f. Dalam tindakan penggerakan sering menggunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Sifat-sifat tersebut terliha jelas bahwa tipe pemimpin yang demikian tidak tepat untuk suatu organisasi modern dimana hak-hak asasi manusia yang menjadi bawahan itu harus dihormati.
Tipe Militeristtis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe miiteristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat :
a. Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan.
b. Dalam menggerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Terlihat dari sifat-sifat tersebut bahwa seseorang pemimpin yang militeristis bukanlah seorang pemimpin yang ideal.
Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seseorang yang:
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu meindungi ( overly protective )
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif
e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengenmbangkan daya kreasi dan fantasinya.
f. Sering bersikap maha tahu.
Harus diakui bahwa untuk keadaan tertentu, seorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi nsifat-sifatnya yang negatif mengalahkan sifat-sifatnya yang positif.
Tipe Kharismatis
Hingga sekarang ini para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjeaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karenanya kurangnya pengetahuan tentang saba musabab seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib ( supernatural power ). Kekayaan umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Ghandi bukanlah seorang yang kaya. Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat. John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiiki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Ghandi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang “ ganteng “.
Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena :
a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organiasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya.
c. Ia sering menerima saran, pendapat dan bahkan kritik-kritik dari bawahannya.
d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan.
e. Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
g. Berusaha mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis. Alvin Brown dalam bukunya “ the social psychology of industry “ memberikan konsep tipe-tipe kepemimpinan yang terbagi menjadi 3 ( tiga ) golongan besar. Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut :
1. Yang pertama disebut tipe Pemimpin Otokratis yang mendasarkan atas kekuasaan pada tangan seorang ( a one man orchestra )
Pemimpin yang bersifat otokratis memperlihatkan ciri-ciri atau sifat-sifat sebagai berikut : Dia memberikan perintah-perintah yang harus selalu diikuti, menentukan kebijaksanaan kelompok masyarakatnya tanpa sepengetahuan / konsultasi dengan mereka. Dia tidak memberikan penjelasan secara terperinci ( detailed ) tentang rencana yang akan datang, tetapi sekedar hanya mengatakan kepada kelompok masyarakatanya, langkah-langkah yang mereka harus lakukan dan segera dijalankan. Memberikan pujian bagi mereka yang selalu menurut kehendaknya dan melontarkan kritik kepada mereka yang tidak mau mengikat kehendaknya. Ia selalu jauh dengan kelompok masyarakatnya sepanjang masa.
2. Yang kedua, disebut tipe Pemimpin Demokratis yang hanya memberikan perintah setelah mengadakan konsutasi dahulu dengan kelompok masyarakatnya. Ia mengetahui kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setelah dibicarakan dan diterima oleh kelompok masyarakatnya. Ia tidak akan meminta anggota-anggota masyarakatnya mengerjakan sesuatu tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencananya yang akan mereka lakukan. Baik atau buruk, benar atau salah adalah persoalan kelompoknya ( corpsnya ), dimana masing-masing ikut serta bertanggungj awab sebagai anggota dari pada keompoknya.
3. Tipe yang ketiga, disebut tipe Pemimpin Liberal atau Laissez – Faire, yaitu kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin disini tidak pernah memimpin / mengendalikan bawahan sepenuhnya. Ia sendiri tidak pernah ikut serta dengan bawahannya, seolah-olah tanpa ikatan antara pemimpin dengan bawahannya. Menurut Alvin Brown ketiga pemimpin ini dapat diperinci dan digolongkan sebagai berikut :
1. Pemimpin yang bersifat Otokratis ( Authocratic Leaders ), dibagi dalam:
a. Otokrat yang kaku/rigid ( strict authocrat )
b. Otokrat yang berkemauan baik ( benevolent authocrat )
c. Otokrat yang belum mampu ( incompetent authocrat )
2. Pemimpin yang bersifat Demokratis ( democratic leaders ) dibagi dalam :
a. Demokrat yang murni ( genuine democrat )
b. Demokrasi yang semu ( pseudo democrat )
3. Pemimpin yang bersifat liberal atau laissez – faire
Tipe Otokratis yang kaku / rigid ( strict authocrat )
Sifat kekakuan itu karena menurut pendapat / prinsipnya, bahwea usahanya itu atas dasar perasaan tanggung jawab seseorang ( a one man show ). Oleh karena itu ia tidak melimpahkan wewenangnya kepada bawahannya. Ia bertindak atas prinsip “ business is business “. Yang dikehendaki adalah keuntungan pribadinya. Dikatakan, “ Orang yang tidak bekerja, tidak dibayar “ ( no work no pay ) dan selalu berpedoman “ waktu adalah uang “. Pemimpin Otokratis yang kaku / rigid ini biasanya terdapat dalam bidang Niaga atau Industri. Dalam bidang ini pada umumnya sifat-sifat pemimpin yang demikian ini dapat berhasil 9 succes ), sekalipun dengan pengorbanan terhadap unsur-unsur kemanusiaan.
Tipe Otokratis yang berkemauan baik ( the benevolent authocrat )
Pemimpin yang bersifat demikian ia merasa bahwa ia mempunyai tanggung jawab moral kepada bawahannya, yang seolah-olah ia akan melakukan sesuatu yang baik. Ia menghendaki agar bawahannya melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dalam bukan arti mereka ( bawahan ) melakukan apa yang mereka kehendaki, tetapi dalam arti apa yang ia kehendaki dan inginkan. Tidak ada pertimbangan soa-soal material yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian, tetapi yang penting mereka ( bawahan ) akan mendapatkan apa yang mereka peroleh dan kehendakinya. Kepentingan bawahan walaupun bagaimanapun tidak mendapat penghargaan / penilaian.
Tipe Otokratis yang belum mampu ( the incompetent authocrat )
Sifat-sifat pemimpin yang demikian itu dapat disamakan dengan apa yang disebut management kekanak-kanakan ( baby in management ). Anak / baby adalah banyak tingkah, tetapi tingkah lakunya karena tergantung seluruhnya pada perasaannya. Ia merasa seorang yang berwenang / kuasa, tetapi selalu kuatir karena perasaannya itu. Kenyataannya apabila ia memberikan perintah selalu diliputi perasaan kuatir, apakah perintahnya dijalankan atau tidak. Tipe pemimpin semacam ini tidak termasuk seorang yang kuat, tetapi lemah mentalnya, sehingga ia selalu mengeuh ketidak puasan dengan mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat diberikan kepercayaan atau tanggung jawab.
Tipe demokratis yang murni ( the genuine democrat )
Berlainan dengan tipe otokrasi yang mendasarkan atas kekuasaan seseorang, tipe ini melakukan pimpinan pekerjaan atas kehendak yang diinginkan bersama dengan bawahannya. Ia menyadari bahwa pekerjaan bukanlah tanggung jawab seorang pemimpin saja. Oleh karena itu ia melimpahkan wewenangnya kepada semua tingkat pimpinan sampai tingkat terbawah sekalipun. Bawahan mengetahui apa yang harus mereka kerjakan, atas dasar kesadarannya dengan tanpa keragu-raguan mereka melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, sekalipun pemimpin itu tidak berada di tempat. Hal ini adalah cukup menjamin bagi bawahan yang tidak selalu melaporkan kepada atasan apakah pekerjaan yang mereka lakukan mendapat persetujuan atau tidak.
Tipe demokratis yang semu (the pseudo democrat)
Tpe pemimpin semacam ini tidak banyak berbeda dengan tipe pemimpin yang disebut managemen kekanak-kanakan (baby in management), hanya bedanya tipe ini mempunyai sifat-sifat selau adanya kekuatiran bahwa pekerjaan akan salah (penitence), penuuh emosi sehingga mudah tersinnggung (sentimental) dan kadang-kadang mempunyaikegembiraan yang tanpa batas, seperti orang mabok (convivial). Ia selalu berusaha menanamkan pengertian seolah-olah adanya rasa kesatuan diantara mereka.
Tipe pemimpin yang liberal (laissez faire type of leader)
Tipe lain di samping bersifat otokratis dan demokratis ialah tipe liberal atau laissez faire.
Liberal (laissez faire) artinya tanpa ikatan. Pemimpinyang mempunyai sifat-sifat liberal ini adalah pemimpin yang kurang bertanggungjwab pada kelompoknya. Bawahanya (kelompoknya) dibiarkan berbuat sekehendaknya, tanpa adanya pengawasan/pengendalian. Segala sesuatu dipercayakan kepada bawahannya, karena alasan kesibukannya. Pekerjaan bawahannya kurang terarah, simpang siur, karena tanpa adanya pengarahan dan bimbingan.
Teori dan konseps kepemimpinan
a.teori kontingensi daripada kepemimpinan fiedler (contingency theory of leadership).
Teori kontingensi mengaggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung denegan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karrena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara pemimpin dan situasinya.
Dimensi-dimensi kritis daripada situasi kepemimpinan.
Sebagai landasan studinya,fiedler menemukan 3 dimensi kritis daripada situasi/lingkungan yang mempengaruhi gaya pemimpin yang sangat efektif, yatiu :
· Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (position power)
Kekuasaan atas daar kedudukan/jabatan dengan sumber kekuasaan yang berasal dari tipe kepemimpinan yang kharismatik, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas kekuasaan inii seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat diperintah/dipimpin. Karena ia bertindak sebagai seorang manager, dimana kekuasaan ini dperoleh berdasarkan atas kewenangan organisaasi (organizational authority). Dalam hubungan ini bahwa seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan yang jelas, akan ebih mudah memperoleh pengikut yang lebihbaik dibandingkan dengan seorang pemimpin tanpa sesuatu kekuasaan apa-apa.
· Struktur tugas (task structur)
Pada dimensi ini fieldler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan orang-orang diserahi tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi dimana tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraaan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota kelompok dapat lebih jelas pertanggung jawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak jelas/kabur.
· Hubungan pemimpin dan anggota kelompok
Dalam dimensi ini fiedler mengaggap sangat penting dari sudut pandang seorang pemimpin, apabila kekuasan atas dasar kedudukan/jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas dalam suatu badan usaha/organisasi dan selama angota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan terhadap pemimpinnya dan suka mengikuti kepemimpinannya.
b. Sistem manajemen daripada rensis likert (likert’s system of management).
Likert telah mengembangkan suatu konsep tertentu dan pentingnya pendekatan untuk mengartikan prilaku kepemimpinan (leadership behavior). Ia mengenalkan konsepsinya yang disebut managemen partisipasi ( participative management).
Dalam garis beras daripada hasil penelitiannya dan untuk kejelasan daripada konsepsinya, likert menganggap adanya empat sistem daripada managemen.
Sistem 1 managemen dilukiskansebagai “exploitive-authoritative”, artinya kewenangan yang bersifat eksploitif, atau kewenangan mutlak. Dalam sistem management semacam ini para manajer bersifat otokratis (autocratic). Tipe kepemiminan otokratis artinya mendasarkan atas kehendak atau kemauan sendiri dari para manajer.
Oleh karena itu manager/pemimpin yan demikian ini kurang mempercayai terhadap bawahannya. Ia memberikan motivasi terhadap bawahannyamelalui ancaman dan hkuman, disertai kadang-kadang pemberian penghargaan. Suka melakukan komunikasi dari atas ke bawah, dan membatasi pemgambilan keputusan hanya pada tingkat pimpinan. Atas san sering memperlihatkan ciri-ciri yang semacam itu.
Sistem 2 managemen itu disebut “benevolent authoritative”. Managemen ini berlainan dengan yang pertama. Bila yang pertama managemen itu didasarkan atas kewenangan eksploitif atau absolut (mutlak), maka managemen kedua ini didasarkan kewenangan menurut kebaikan hati. Maksud kewenangan benevolent ini manajer /pemimpin ingin berbuat baik terhadap bawahannya. Oleh karena itu para manajer memberikan kebebasan kepada bawahannya dan menyerahkan kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahannya, dengan memberikan motivasi berupa penghargaan(award), dan kadang-kadang sekedar ancaman dan hukuman. Ia memberikan keleluasaan untuk melakukan komunikasi dari bawah ke atas dengan meminta ide dan pendapat dari bawahannya, dan melimpahkan oengambilan keputusan oleh bawahannya tetapi dengan pengawasan kebijaksanaan yang ketat.
Sistem 3 managemen diartikan sebagai suatu “ consultative” atau konsultasi”. Para manager ini pada hakikatnya tidak mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahannya. Biasanya para manajer mencoba untuk mempergunakan ide-ide atau pendapat-pendapat bawahannya secara konstruktif (bersifat membangun). Mempergunakan motivasi terhadap bawahannya dengan suatu penghargaan, jkadang-kadang hukuman dan kadang-kadang partisipasi. Melakukan kebijaksanaan yag lebh luas, pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang bersifat umum dilakukan oleh pimpinan tingkat bawah dan melakukan konsultasi dalam hal-hal yang lain bila diperlukan.
Sistem 4 managemen sebagai yang sangat partisipatif daripada seluruh sistem ini dikenal sebagai “participative group” atau “kelompok partisipatif”. Dalam sistem 4 ini, para manager mempunyai kepercayaan sepenuhnya dalam semua hal/masalah kepada bawahannya, selau ingin mendapat ide dan pendapat-pendapat dari bawahnya dan mempergunakan secara konstruktif terhadap mereka. Memberikan penghargaan yang bernilai ekonmis berdasarkan atas partisipasi keompok dan melibatkan dalm bermcam-macam bidang, misalnya penentuan sasaran dan penilaian kemajuan terhadap sasaran. Melakukan banyak komunikasi baik ke bawah maupun ke atas. Mendorong pengambilan keptusan melalui seluruh jaringan organisasi dan di samping itu mendorong melakukan kegiatan diantara mereka dan dengan bawahannya sebagai suatu kelompok.
Pada umumnya likert menemukan bahwa para manjer yang menerapkan pendekatan dengan sistem 4 ini terhdap kegiatan usahanya lebih memperoleh sukses yang besar sebagai pemimpin. Sementara itu ia menemukan upla bahwa departemen-departemen pemerintah dan perusahaan swasta yang managemennya melakukan pendekatan dengan sistem 4 ini pada umumnya lebih produktif dan lebih efektif penentuan sasaran dan pencapaiannya.
Pengaruh Pemimpin Dalam Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Faktor | Budaya Organisasi |
Pemimpin | Pemimpin mengambil dan mempertahankan bawahan-bawahan (anggota-anggota) yang berpikir dan merasakan cara yang mereka lakukan, |
Pemimpin | mengindoktrinasi dan mensosialisasikan cara berpikir dan cara merasakan mereka, |
Pemimpin | perilaku pemimpin sendiri adalah model peran yang mendorong anggota untuk mengidentifikasi dan menginternalisasi keyakinan, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi mereka. |
Sumber :Schein (dalam Hesselbein, Goldsmith dan Beckhard, 1996)
No comments:
Post a Comment