Tuesday, March 18, 2014

Kampung Bukan Kampungan

Di tanah rantau, ada yang namanya orang kampung, ada juga yang namanya kampungan,

Orang kampung itu orang yang sebelum merantau hidup terhormat di pedesaan,


Salat ke mesjid, magrib mengaji, menghirup udara segar, terjaga dari sumbang etika dan langgar norma, pergaulan aman,


Sedangkan kalau kampungan itu, dia orang kampung, namun gayanya lebih dari pada kaum borju saat dibandingkan,

Dandanannya sering berlebihan,

Mukanya lebih putih dari orang Kaukasia, lehernya kecoklatan,



Bajunya bolong sana sini, sempit, terbuka, warnanya menusuk mata, niatnya agar terlihat kebarat-baratan,

Bahasanya campur aduk, tidak paham bahasa ibu, bahasa persatuan pun tidak bisa ia gunakan,

Tujuannya ingin diterima oleh pergaulan kota, namun malah gaya udik yang diperlihatkan,

Berbeda dengan orang kampung yang teguh pendirian,

Penampilannya sederhana, tidak mencolok dalam berpakaian,

Bahasanya bagus, baik, bersahaja, tampak bahwa ia adalah manusia beradab dan berpendidikan,

Berbicara resmi ia berwibawa, bicara gaul ia bisa, namun bahasa daerah asalnya tidak pernah ia lupakan,

Namun sayang, dari segi jumlah, orang seperti ini sedikit sekali, sulit ditemukan,

Mau jadi apakah kita? Orang kampung atau kampungan?

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Islam Sudah Terlalu Baik

Bukan rasis, bukan pula menebar rasa benci,
Andai Tragedi Poso terjadi di era gencarnya globalisasi seperti saat ini,

Tak bisa dibayangkan, bagaimana nasib semua umat kristiani,

Setelah anak-anak muslim mereka sembelih bagai sapi,

Setelah mereka masuk masjid dengan lancang, bukan untuk memberi salam, namun untuk membunuh, membawa parang dan belati,

Setelah mereka, penganut agama yang dibawa penjajah itu menumpahkan darah kaum muslimin, banyak yang mati,


Namun sayang, kejadian sadis itu oleh media ditutup-tutupi,

Beritanya tidak sebesar kejadian Bom Bali,

Tidak pula sekalang-kabut para pembenci saat mendengar Perda Syariah di sudut Barat Laut negeri,

Lah, setelah kekejaman yang mereka lakukan, seenaknya saja mereka gaungkan toleransi,

Padahal mereka secara gencar melakukan kristenisasi,

Hei, kaum yang menumpang tinggal di tanah yang diperjuangkan oleh ulama dan santri,

Ku harap kalian bisa tahu diri,

Kemerdekaan dan kebebasan yang kalian kini kalian nikmati,

Adalah hasil dari perjuangan umat Islam yang memiliki motto "menang atau syahid", "merdeka atau mati"

Bukan hasil perjuangan orang yang bermotto "jika pipi kananmu ditampar, berikan juga pipi kiri",

Sudah terlalu baik rasanya umat Islam negeri ini,

Tolong, tolong, tolong pahami posisi,

Sudah mujur, kalian semua masih bisa hidup bebas, tanpa ada yang mencurigai,

Karena kejahatan yang telah kalian lakukan akan terus teringat oleh otak, terus membekas dalam di hati,

Semoga Allah berikan kita semua hidayah, agar kita bisa bersyahadat sebelum mati,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Kekalahan Bukanlah Salah Lawan

Saat kalah dalam sebuah kompetisi, sebenarnya kelemahan dirilah yang harus disalahkan,
Namun sayangnya, lebih banyak orang yang suka menyalahkan kehebatan lawan,

Kehebatan bukanlah sebuah kesalahan,

Mengetahui kelemahan diri, namun tidak berusaha memperbaiki, itu yang memprihatinkan,

Jika tak siap, jangan berkompetisi, fokuslah untuk meningkatkan kemampuan,


Saat siap, berkompetisilah, jika kalah pun, tak boleh ada lagi alasan,

Selain "Kita telah berusaha, Allahlah yang menentukan,"

Jangan jadikan kehebatan lawan sebagai alasan, namun jadikan ia sebagai acuan,

Acuan untuk memperbaiki diri, agar nanti bisa meraih kemenangan,

Dalam kompetisi, hanya satu yang boleh dikritik, -> kecurangan,

Semoga kita terlepas dari mental culas dan suka mencari-cari alasan,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Referensi itu Syiar Agama

Al-isnadu mina'd Diin,

Pencatutan referensi itu adalah bagian dari syiar agama,


Betapa Islam sangat menghargai hak cipta,

Hingga bahkan menukil pendapat singkat saja harus jelas dari mana sumbernya,

Maaf, banyak kawan yang punya tulisan bagus, menyentuh, namun karena aku tahu tulisan itu adalah bentuk plagiasi, manfaat tadi seolah hilang, sia-sia,

Rasa suka dan kagum yang harusnya muncul berubah menjadi keprihatinan, karena ia menganggap referensi bagai kulit kacang belaka,

Jangan, jangan pernah berlaku demikian jika ingin diberi pahala oleh Allah dan dihargai manusia,



Berkarya itu bukan tentang bagaimana agar bisa eksis setiap hari, namun berkarya adalah bagaimana memberi manfaat bagi sesama,

Memberi manfaat dengan hasil curian? Apa kata dunia?

Hargai dulu orang lain, baru orang lain akan menghargai kita,

Semoga kita bisa lebih menghargai buah pikiran dan karya orang lain dengan sepantasnya,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Adab, Adab, Adab

Dahulu, ada tiga hal yang sangat ditakutkan orang tua agar tidak terjadi pada anak mereka,

Tidak bertuhan (ndak batuhan) adalah yang pertama,


Tidak berpikir (ndak bautak) adalah yang kedua,


Tidak beradab (ndak baradaik) adalah yang ketiga,

Mengatasi status tak bertuhan, banyak pihak peduli. Terbukti dengan adanya MDA dan kajian remaja,

Mengatasi tidak berpikir? Ada sekolah-sekolah yang siap mendidik anak2 untuk menjalankan "kincia-kincia" (logika),



Mengatasi tidak beradab, ini yang banyak orang tak hiraukan, karena sekilas memang sepele kelihatannya,

Saya ingin memberi satu contoh kecil saja,

Tentang adab makan, salah satunya adalah tidak mengeluarkan suara,

Baik dentingan sendok yang berlebihan, maupun bunyi kecipak saat mengunyah makanan, itu "mancapak" bahasa Minangnya,

Hal-hal seperti ini mestinya diajari pada anak sedari kecil, agar tidak terbawa-bawa saat dewasa,

Karena kebiasaan "mancapak" sangat mengganggu, dan sangat sulit diubah jika pelaku sudah dewasa,

Makanya para orang tua hendaknya sedari dini mengajarkan adab pada anak mereka,

Tentu tak ada orang tua yang ingin disebut sebagai orang tua gagal, karena adab anak menjadi penilaian pula bagi keluarganya,

Oh iya, larangan makan 'mancapak' tidak hanya ada dalam aturan makan Minangkabau, namun hampir semua suku dan peradaban memiliki aturan yang sama,

Karena generasi yang diharapkan adalah yang taat pada Allah, pintar menggunakan logika, juga pandai menjaga adabnya,

Tak ada yang tak mungkin jika kita terus berusaha,

Semoga pendidikan adab tidak hanya menjadi wacana,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Salah Didikan, Salah Jalan

Ketek taraja-raja, gadang tabao-bao, tuo tarubah tido,
Waktu kecil mulai belajar menari yang bukan-bukan,

Saat besar, apa yang diajari kepadanya waktu kecil menjadi kebiasaan,

Waktu tua, tak mungkin lagi perubahan bisa diharapkan,

Jangankan anak yang waktu kecil diajari joged, yang diajari mengaji saja bisa jadi salah jalan,

Menjadi orang tua itu bukan memfasilitasi anak untuk mengikuti apa yang sedang musim dan menjadi kebiasaan,

Namun adalah bagaimana agar si anak menjadi penerang di akhirat kelak, memberi orang tuanya mahkota super terang yang Allah janjikan,

Wahai orang tua, ataupun kawan-kawan yang punya adik maupun kemenakan,

Jangan abaikan pesan yang kusampaikan, dengan alasan, "Aku lebih tau, aku sudah punya anak. Kamu jangan nasihati aku! Kamu sadarlah kalau kamu masih bujangan!"

Karena meskipun saya bujangan, bukan berarti saya tak memperhatikan,

Hati-hati, karena anak adalah titipan,

Saat titipan rusak, maka hal buruk akan anda dapatkan,

Saat titipan dijaga dengan baik, maka anda berhak mendapat penghargaan,

Anda ingin mendapat hal buruk atau penghargaan? Silakan anda tentukan,

Tugas saya hanya mengingatkan,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^

Risalah Aksi dan Reaksi

Apa yang dilakukan oleh ormas-ormas berlabel agama sebenarnya bukanlah aksi,
Melainkan hanya reaksi dari aksi-aksi bobrok yang marak terjadi,

Makanya, membubarkan ormas tak ada bedanya dengan mengelap lantai basah akibat loteng yang bocor, tak berarti,

Yang harus dilakukan adalah menambal genteng, dalam hal ini bermakna "Hentikan segala aksi-aksi pemancing reaksi",

Meskipun ormas dibubarkan, selama aksi bobrok masih berjalan, akan selalu ada ormas-ormas lain yang sehati,

Lalu siapa yang bisa menghentikan aksi-aksi bobrok tadi?

Ya pemerintah, tentara, polisi,

Oh, iya, tindakan bobrok itu mencakup banyak hal, termasuk miras, judi, prostitusi, yang paling meresahkan itu kristenisasi,

Selama pemerintah masih belum bisa membuat aksi-aksi bobrok itu berhenti, maka aku akan terus memberi dukungan kepada ormas-ormas yang masih peduli,

Kalau bukan mereka yang mengkounter anak kemenakan dari bahaya prostitusi, siapa lagi?

Semoga pemerintah bisa memberantas penyakit masyarakat, semoga Islam tidak menjadi kambing hitam lagi,

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^